Karakteristik Morfologi Dan Fisiologi (Struktur Sel) Fungi
a. Hifa
Fungi secara morfologi
tersusun atas hifa. Dinding sel hifa bebentuk tabung yang dikelilingi oleh
membran sitoplasma dan biasanya berseptat. Fungi yang tidak
berseptat dan bersifat vegetatif biasanya memiliki banyak inti sel yang
tersebar di dalam sitoplasmanya. Fungi seperti ini disebut dengan fungi
coenocytic, sedangkan fungi yang berseptat disebut monocytic (Madigan et al., 2012).
Kumpulan hifa akan
bersatu dan bergerak menembus permukaan fungi yang disebut miselium. Hifa dapat
berbentuk menjalar atau menegak. Biasanya hifa yang menegak menghasilkan alat
perkembangbiakan yang disebut spora. Septa pada umumnya memiliki pori yang
sangat besar agar ribosom dan mitokondria dan bahkan nukleus dapat
mengalir dari satu sel ke sel yang lain. Miselium fungi tumbuh dengan cepat,
bertambah satu kilometer setiap hari. Fungi merupakan organisme yang tidak
bergerak, akan tetapi miselium mengatasi ketidakmampuan bergerak itu dengan
menjulurkan ujung-ujung hifanya denagan cepat ke tempat yang baru (Campbell et al., 2010).
Pada ujung batang hifa
mengandung spora aseksual yang disebut konidia. Konidia tersebut berwarna
hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia yang menempel pada
ujung hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah dengan bantuan angin.
Beberapa fungi yang makroskopis memiliki struktur yang disebut tubuh buah dan
mengandung spora. Spora tersebut juga dapat menyebar dengan bantuan angin,
hewan, dan air (Madigan et al., 2012).
Kavanagh (2011)
melaporkan bahwa sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran, seperti
pada Cythridomycetes dan Sacharomyces
cerreviceae. Hifa mengandung
struktur akar seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber daya nutrisi.
Hifa dapat dijadikan
sebagai ciri taksonomi pada fungi. Beberapa jenis fungi ada yang memiliki hifa
berseptat dan ada yang tidak. Oomycota dan Zygomycota merupakan jenis fungi yang memiliki hifa tidak
berseptat, dengan nuklei yang tersebar di sitoplasma. Berbeda dengan kedua
jenis tersebut, Ascomycota dan Basidiomycota berasosiasi aseksual dengan hifa
berseptat yang memiliki satu atau dua nuklei pada masing-masing segmen (Webster
dan Weber, 2007).
Hifa yang tidak bersepta
disebut hifa senositik, memiliki sel yang panjang sehingga sitoplasma dan
organel-organelnya dapat bergerak bebas dari satu daerah ke daerah lainnya dan
setiap elemen hifa dapat memiliki beberapa nukleus. Hifa juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan fungsinya. Hifa vegetatif (miselia),
bertanggungjawab terhadap jumlah pertumbuhan yang terlihat di permukaan
substrat dan mempenetrasinya untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Selama
perkembangan koloni fungi, hifa vegetatif berkembang menjadi reproduktif atau
hifa fertil yang merupakan cabang dari miselium vegetatif. Hifa inilah yang
bertanggungjawab terhadap produksi tubuh reproduktif fungi yaitu spora
(Campbell et al., 2010).
Hifa tersusun dari
dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan organel lain.
Membran plasma di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma. Filamen dari hifa
menghasilkan daerah permukaan yang relatif luas terhadap volume sitoplasma,
yang memungkinkan terjadinya absorpsi nutrien. (Willey et al., 2009).
b. Dinding Sel
Sebagian besar dinding sel fungi mengandung khitin, yang merupakan polimer
glukosa derivatif dari N-acetylglucosamine. Khitin tersusun pada dinding sel
dalam bentuk ikatan mikrofibrillar yang dapat memperkuat dan mempertebal
dinding sel. Beberapa polisakarida lainnya, seperti manann, galaktosan, maupun
selulosa dapat menggantikan khitin pada dinding sel fungi. Selain khitin,
penyusun dinding sel fungi juga terdiri dari 80-90% polisakarida, protein,
lemak, polifosfat, dan ion anorganik yang dapat mempererat ikatan antar matriks
pada dinding sel (Madigan et al., 2012) .
Dinding sel fungi
berfungsi untuk melindungi protoplasma dan organel-organel dari lingkungan
eksternal. Struktur dinding sel tersebut dapat memberikan bentuk, kekuatan
seluler dan sifat interaktif membran plasma. Selain khitin, dinding sel fungi
juga tersusun oleh fosfolipid bilayer yang mengandung protein globular. Lapisan
tersebut berfungsi sebagai tempat masuknya nutrisi, tempat keluarnya senyawa
metabolit sel, dan sebagai penghalang selektif pada proses translokasi.
Komponen lain yang menyusun dinding sel fungi adalah antigenik glikoprotein dan
aglutinan, senyawa melanins berwarna coklat berfungsi sebagai pigmen hitam.
Pigmen tersebut bersifat resisten terhadap enzim lisis, memberikan kekuatan
mekanik dan melindungi sel dari sinar UV, radiasi matahari dan pengeringan)
(Kavanagh, 2011).
Gambar 6. Struktur dinding sel Fungi,dan tabel perbedaan
komponen dinding sel pada setiap kelas Fungi.
|
c. Nukleus
Nukleus atau inti sel fungi bersifat haploid, memiliki ukuran 1-3 mm,
di dalamnya terdapat 3 – 40 kromosom.
Membrannya terus
berkembang selama pembelahan Nuclear associated organelles (NAOs). Terkait
dengan selubung inti, berfungsi sebagai pusat-pusat pengorganisasian
mikrotubula selama mitosis dan meiosis. Nucleus pada fungi juga mempengaruhi
kerja kutub benang spindel dan sentriol.
d. Organel-organel Sel Lainnya
Fungi memiliki mitokondria yang bentuknya rata atau flat seperti krista
mitokondria. Badan golgi terdiri dari elemen tunggal saluran cisternal.
Pada struktur sel fungi
juga memiliki ribosom, retikulum endoplasma, vakuola, badan lipid, glikogen partikel penyimpanan, badan mikro, mikrotubulus, vesikel.
0 komentar:
Post a Comment